BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian
1.1.1
Ekosistem
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang
didalamnya tercantum organisme dan lingkungannya (lingkungan abiotik dan
biotik),diantara keduanya saling mempengaruhi (Odum dalam indriyanto,2008). Sedangkan menurut Soemarwoto dalam Elfis (2006), ekosistem adalah
suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.
Spurgeon (2005), menyatakan suatu ekosistem terdiri atas habitat dan
komunitasnya. Makhluk hidup yang ada didalamnya saling berinteraksi antar
sesama makhluk hidup (biotik) juga berinteraksi dengan lingkungan tak hidup (
abiotik) untuk membentuk kesatuan ekologi yang dapat terjadi sendiri.
Pengertian ekosistem
menurut beberapa para ahli, yaitu:
1. A. G. Tansley
(1935) : ekosistem adalah satuan atau unit dasar utama ekologi secara
struktural dan fungsional
2. Clapham (1974) :
suatu kajian tentang ekosistem alami pada dasarnya akan terpusat pada kehidupan
lingkungan biotik maupun lingkungan abiotiknya.
3. Cox (1996) :
ekosistem merupakan suatu unit lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan
komponen abiotik yang saling berinteraksi dan saling tukar-menukar nutrisi dan
energi.
Menurut Dirjen PHKA Departemen Kehutanan (2004), secara umum
tipe-tipe ekosistem pegunungan dapat di bedakan menurut ketinggian, antara
lain:
1. Ekosistem Hutan Pegunungan
Bawah, Tipe hutan pegunungan bawah terdapat pada ketinggian 1.000-1.500 m dpl.
2. Ekositem Hutan Pegunungan
Atas, Ekosistem hutan pegunungan atas
terdapat pada ketinggian 1.500-2.400 m dpl. Pada umumnya tipe ini dicirikan
oleh keanekaragaman jenis vegetasi yang tinggi, pohon besar dan tinggi
membentuk tiga strata tajuk.Tinggi tajuk hutan sekitar 30-40 m.
3.
Ekosistem Sub-alpin, Tipe
ekosistem yang terdapat pada ketinggian 2.400-3.019 m dpl, memiliki strata
tajuk yang sederhana dan pendek yang disusun oleh jenis pohon-pohon kecil
(kerdil), dengan tumbuhan bawah yang tidak terlalu rapat. Keanekaragaman
vegetasi pada tipe ekosistem ini lebih rendah dibandingkan kedua ekosistem
lain. Keadaan hutan di puncak gunung memiliki batang yang lebih kurus,
kerapatan tinggi, ditumbuhi lumut lebih banyak dibandingkan keadaan hutan di
puncak.
Secara umum, komponen ekosistem terbagi
atas dua kelompok yakni biotik dan juga abiotik. Komponen biotik merupakan
komponen berupa mahluk hidup. Sementara itu komponen abiotik mencakup semua hal
di luar mahluk hidup dalam sebuah satuan ekosistem. Meski tak hidup, namun
komponen abiotik ini sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup dari komponen
biotik. Komponen abiotik antara lain Suhu, Tanah, Batu, Air, Udara,
Cahaya dan Iklim.
Komponen biotik mencakup beberapa hal yang dapat
dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Berdasarkan fungsi komponen tersebut, maka
ia akan dibagi menjadi dua komponen dasar yakni autotrof dan juga komponen
heterotrof.
1.
Autotrof adalah
istilah yang menunjuk pada mahluk hidup yang bisa membentuk sendiri makanannya
sendiri.
2.
Heterotrof
adalah organisme konsumen yang tak bisa membentuk makanannya sendiri sehingga
ia mengambil kebutuhan tersebut dari luar dirinya.
Dalam ekologi, ekosistem merupakan tingkat
organisasi yg lebih tinggi dari komunitas, populasi dan spesies. Di dalam
ekosistem setiap spesies mempunyai sutau tempat tinggal (habitat) atau relung
ekologi (niche) serta faktor lingkungan tertentu yang khas, yang kadang-kadang
dapat menunjukkan macam-macam ekosistemnya. Salah satu contohnya adalah
ekosistem hutan pegunungan tinggi.
Gambar 1 :
ekosistem hutan pegunungan tinggi (arsip: 6A biologi 2014)
1.1.2
Hutan
Hutan
pegunungan adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di
wilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan,
biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di hutan
ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh melimpah-limpah. Oleh sebab itu,
formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan awan
(clound forest).
Seseorang
yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat perubahan dan
perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan dengan meningkatnya ketinggian tempat
(elevasi). Pohon-pohon mulai banyak digaluyuti lumut, epifit, termasuk
berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar
30-an meter. Sembulan (emergent) semakin jarak didapati, begitu juga banir
(akar papan) dan kauliflori, yaitu munculnya bunga dan buah di batang pohon
(bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan menyolok, mulai pada elevasi
tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-bengkok dan daun-daunnya akan
mengecil ukurannya.
Menurut Indrianto dalam
Elfis (2006), menyatakan hutan merupakan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan
hasil alam yang cukup besar bagi Negara.
1.1.3
Gunung
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah
sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit,
tetapi ada kesamaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa
otoritas mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu (
Anto, 2000). Menurut Sulfiantono (2009), membagi tipe hutan pegunungan
berdasarkan ketinggian menjadi empat tipe yaitu:
1.
Hutan dataran rendah pada
ketinggian 0-1.200 m dpl
2.
Hutan pegunungan bawah pada
ketinggian 1.200-1.800 m dpl
3.
Hutan pegunungan atas pada
ketinggian 1.800-3.000 m dpl
4.
Hutan sub-alpin pada
ketinggian di atas 3.000 m dpl
1.2
Faktor Klimatologis Dan Edaphis
1.2.1
faktor klimatologis
Menurut Elfis (2010) Klimatologi Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan adalah iklim.Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan,
kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon.Hubungan
iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses
fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan
reproduksi (pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan
tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim merupakan hubungan yang tidak
terpisahkan dan bersifat menyeluruh (holocoenotik).
Klimatologi adalah Ilmu yg membahas
tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang
berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari unsur-unsur iklim. Unsur-unsur Iklim
terdiri atas radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presipitasi,
evaporasi, tekanan udara, dan angin. Unsur-unsur iklim ini berbeda dari satu
tempat dengan tempat lain. Perbedaan ini disebabkan karena faktor-faktor iklim
(pengendali iklim). Faktor-faktor pengendali iklim terdiri dari Ketinggian
tempat, Latitude (garis lintang), Daerah-daerah tekanan, Arus Laut dan
Permukaan Tanah (Kasiono, 2010).
Pada umumnya iklim pegunungan memiliki lebih beragam dibanding
dengan iklim lahan pamah, dan merupakan hasil perpaduan rumit berbagai variable
yang mengikuti sebuah pola dasar (i) buaian harian pendek, (ii) penurunan suhu
keteduhan secara teratur sesuai elevasi, dan (iii) peragantian tahunan tiupan
angina tenggara atau angina muson kering cepanajang musim panas dibelahan bumi
uatara (juni-september) dan angina muson belahan barat laut (November-maret).
Pergantian ini sangat dipengaruhi oleh topografi pegunungan.Topografi
menyebabkan hujan berkepanjangan untuk daerah yang terkena tiupan angin dan kekeringan
didaerah bayangan hujan, sehinggga mengakibatkan langit berawan, matahari
cerah, curah hujan (presipasi), kelembaban udara, angina dan penguapan
(Steenis, 2006).
1.2.1.1 Unsur-unsur klimatologis
a)
Kualitas Cahaya Matahari
Atau Posisi Panjang Gelombang
secara fisika radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromaknetik dengan berbagai panjang
gelombang. Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39-7,6 mikron. Pada ekosistem daratan cahaya pada suatu
ekosistem peraiaran cahaya merah dan biru diserap oleh fitoplankton yang hidup
dipermukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau akan dipenetrasikan kelapisan
paling bawah. Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi
matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama: Temperatur
matahari yang tinggi, radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.
Beberapa tumbuhan memiliki karakteristik yang dianggap sebagai adaptasinya
dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat (Elfis, 2010).
Pengukuran
iklim periode april-desember 2013 januari –maret 2014 (berdasaran rekapitulasi
data klimatologis sekunder dari stasiun meteorologi pandai sikek kabupaten agam
sumatera barat untuk data iklim seputaran gunung merapi dan gunung singgalang
No
|
Bulan
|
Radiasi harian (Watt/m2/menit)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
31,9522
|
51,3915
|
59,3522
|
66,0316
|
92,6935
|
62.0290
|
62.0290
|
2.
|
Mei
|
142,0522
|
142,6222
|
142,2296
|
102,2292
|
142,2322
|
142,0220
|
142,0220
|
3.
|
Juni
|
166,0326
|
163,0222
|
192,1221
|
103,2251
|
98,9223
|
102,9321
|
102,9321
|
4.
|
Juli
|
96,9621
|
98,6621
|
103,5321
|
132,2226
|
102,2225
|
98,2223
|
98,2223
|
5.
|
Agustus
|
61,9660
|
69,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
98,3105
|
98,0222
|
98,0222
|
6.
|
September
|
68,2252
|
66,2322
|
96,6623
|
100,5391
|
98,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
7.
|
Oktober
|
68,2662
|
68,9921
|
69,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
98,6692
|
98,6692
|
8.
|
November
|
68,6666
|
68,2251
|
62,6692
|
92,9210
|
98,6623
|
96,9635
|
96,9635
|
9.
|
Desember
|
61,9660
|
69,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
98,3105
|
98,0222
|
98,0222
|
10
|
Januari
|
68,2252
|
66,2322
|
96,6623
|
100,5391
|
98,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
11.
|
Februari
|
68,2662
|
68,9921
|
69,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
98,6692
|
98,6692
|
12.
|
Maret
|
68,6666
|
68,2251
|
62,6692
|
92,9210
|
98,6623
|
96,9635
|
96,9635
|
Table 1 : Rata-rata intensitas radiasi
matahari (Watt/m2)
b)
Kelembaban udara
umumnya sangat sangat besar
dalam hutan pegunungan tinggi, terutama malam hari karena penurunan suhu. Cahaya
matahari pada ekosistem pegunungan berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman.Untuk suhu di pegunungan tinggi secara alami suhu rata-rata turun dengan
bertambahnya elevasi, dipuncak-puncak fruktuasi suhu sangat besar terutama suhu
harian panjang musim kemarau. Tutupan awan atau kabut selama satu jam akan
berpengaruh dan menyebabkan penurunan suhu (Steenis, 2006).
No
|
Bulan
|
Kelembaban udara harian (%)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
86
|
84
|
84
|
84
|
86
|
85
|
85
|
2.
|
Mei
|
85
|
71
|
74
|
73
|
74
|
74
|
74
|
3.
|
Juni
|
79
|
78
|
85
|
74
|
74
|
85
|
84
|
4.
|
Juli
|
82
|
84
|
85
|
71
|
71
|
74
|
74
|
5.
|
Agustus
|
87
|
84
|
83
|
85
|
76
|
84
|
85
|
6.
|
September
|
83
|
82
|
85
|
85
|
85
|
76
|
84
|
7.
|
Oktober
|
84
|
82
|
85
|
84
|
84
|
78
|
79
|
8.
|
November
|
85
|
84
|
82
|
79
|
78
|
78
|
79
|
9.
|
Desember
|
82
|
84
|
85
|
71
|
71
|
74
|
74
|
10.
|
Januari
|
87
|
84
|
83
|
85
|
76
|
84
|
85
|
11.
|
Februari
|
83
|
82
|
85
|
85
|
85
|
76
|
84
|
12.
|
Maret
|
84
|
82
|
85
|
84
|
84
|
78
|
79
|
Table
2
: Rata-rata kelembaban udara (%)
c)
Temperatur,
Merupakan komponen abiotik klimatologi
pada suatu ekosistem tumbuhan. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin
yang diukur sebagai skala tertentu (Elfis , 2010)
No.
|
Bulan
|
Suhu udara harian (oC)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
16,1
|
16,0
|
16,0
|
16,5
|
16,2
|
16,1
|
16,1
|
2.
|
Mei
|
18,1
|
16,1
|
16,5
|
19,1
|
19,1
|
16,2
|
16,2
|
3.
|
Juni
|
16,1
|
16,4
|
19,0
|
18,0
|
18,1
|
19,1
|
19,1
|
4.
|
Juli
|
16,4
|
16,2
|
19,2
|
18,5
|
18,4
|
18,1
|
19,1
|
5.
|
Agustus
|
16,5
|
19,1
|
16,2
|
18,0
|
18,1
|
19,1
|
16,1
|
6.
|
September
|
18,1
|
16,1
|
16,1
|
18,4
|
19,2
|
19,1
|
16,0
|
7.
|
Oktober
|
18,4
|
16,1
|
16,1
|
18,1
|
19,1
|
19,1
|
16,1
|
8.
|
November
|
18,1
|
16,1
|
16,4
|
19,0
|
19,1
|
16,5
|
16,2
|
9.
|
Desember
|
16,5
|
19,1
|
16,2
|
18,0
|
18,1
|
19,1
|
16,1
|
10.
|
Januari
|
18,1
|
16,1
|
16,1
|
18,4
|
19,2
|
19,1
|
16,0
|
.
|
Februari
|
18,4
|
16,1
|
16,1
|
18,1
|
19,1
|
19,1
|
16,1
|
12.
|
Maret
|
18,1
|
16,1
|
16,4
|
19,0
|
19,1
|
16,5
|
16,2
|
Table 3 : Rata-rata suhu udara (ºC)
d) Curah hujan
Curah hujan adalah banyaknya air
yang tersedia di bumi. Kecukupan air disepanjang tahun atau dimusim tumbuh
menyebabkan pembentukan hutan-hutan. Curah hujan memberi peranan dan
konstribusi jika curah hujan cukup maka hutan didaerah dengan iklim yang lebih
tinggi masih dapat bertahan. Didaerah yang hujannya turun pada musim panas dan
di daerah lain yang periode keringnya panjang disitu terbentuk perumputan
dengan selingan hutan-hutan pada tempat-tempat yang tanahnya basah.
Gambar 2 : Pola
Curah Hujan Diwilahayah Pegunungan
e) Angin
Angin
berperan untuk mendorong peningkatan evaporasi dan transpirasi sedemikian rupa
sehingga efeknya mengeringkan bagi vegetasi. Angin juga dapat merugikan ekosistem
tanaman yang ada. Dibeberapa daerah angin merupakan faktor yang menentukan bagi
vegetasi. Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara dari
satu tempat ketempat lain secara horizontal.
Gambar 3: Pola Angin
Diwilayah Pegunungan
1.2.2.2 Suksesi
Suksesi yaitu suatu proses perubahan
yang terjadi dalam komunitas atau ekosistem yang menyebabkan tibulnya
penggantian dari satu komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem
yang yang lain (Kaendeigh, 1980). Selanjutnya menurut Irwan, 1992 suksesi yaitu
proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung meuju kesatu arah,
berlangsung lambat, teratur, pasti, dan dapat diramalkan. Kemudian suksesi
primer adalah suksesi yang terjadi diatas lahan atau wilayah yang mula-mula
gundul atau terbuka
Suksesi sekunder adalah suksesi yang
terjadi pada lahan atau wilayah yang pada awalnya bervegetasi lengkap sempurna,
kemudian mengalami kerusakan oleh bencana seperti peletusan vulkanik, banjir,
tanah longsor, gempa bumi, kebakaran, tetapi bencana itu tidak sampai merusak
tempat tumbuh secara keseluruhan, sehingga ditempat tersebut masih ada substrat
lama dan organism hidup.
Gambar 5 : Hutan Pegunungan Yang Mangalami Konversi
Menjadi
Lahan Pertanian (Sumber Arsip Biologi 6A ,2014)
1.3
Faktor Edaphis
Menurut Rayes (2006), tanah merupakan salah satu
sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem,
diantaranya adalah sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media
bagi konstruksi atau rekayasa, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa
organik serta system bagi pasokan dan penyaringan/penjernihan air. Tanpa tanah,
manusia tidak dapat bertahan hidup. Mengingat tanah memainkan peranan amat
penting dalam ekosistem maka harus berhati-hati dalam mengelola dan
melindunginya dari kerusakan. Setiap tahun beratus-ratus bahkan beribu-ribu ton
tanah hilang karena erosi.
Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan, tanah yang terdapat pada daerah pegunungan
tinggi adalah jenis tanah Vulkanik. Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk
dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang
tinggi. Jenis tanah vulkanik dijumpai di sekitar gunung berapi. Tanah vulkanik
merupakan tanah yang banyak mengandung unsure hara.
Apabila tanah
vulkanik diberi tambahan pupuk organic atau kotoran hewan kondisi tanah akan
menjadi lebih prima untuk pertanian dilereng gunung merapi. Warnanya lebih
gelap; berasal dari gunung berapi yang meletus; sangat mudah menyerap air;
sangat subur untuk lahan pertanian.
Gambar 6 : tekstur tanah gunung merapi (arsip : 6A
biologi 2014)
Ciri-Ciri
Tanah
|
Tingkatan
|
|||||||||
Sangat
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
||||||
C-organik
(%)
|
< 1,00
|
1,00-2,00
|
2,01 - 3,00
|
3,01 – 5,00
|
> 5,00
|
|||||
N-total
(%)
a. Mineral
b. Gambut
|
< 0,10
|
0,10-0,20
< 0,80
|
0,21 - 0,50
0,80 – 2,50
|
0,51 – 0,75
> 2,50
|
> 0,75
|
|||||
Rasio
C/N
|
< 5
|
5 – 10
|
11 – 15
|
16 – 25
|
> 25
|
|||||
P2O5
Bray 1 (ppm)
|
< 10
|
10 –15
|
16 – 25
|
26 – 35
|
> 35
|
|||||
K
(me/100 g)
|
< 0,10
|
0,10-0,20
|
0,30 – 0,50
|
0,60 – 1,00
|
> 1,00
|
|||||
Na
(me/100 g)
|
< 0,10
|
0,10-0,30
|
0,40 – 0,70
|
0,80 – 1,00
|
> 1,00
|
|||||
Mg
(me/100 g)
|
< 0,40
|
0,40-1,00
|
1,10 – 2,00
|
2,10 – 8,00
|
> 8,0
|
|||||
Ca
(me/100 g)
|
< 2
|
2 – 5
|
6 – 10
|
11 – 20
|
> 20
|
|||||
KTK
(me/100 g)
|
< 5
|
5 – 16
|
17 – 24
|
25 – 40
|
> 40
|
|||||
Kejenuhan
Basa (%)
|
< 20
|
20 –35
|
36 – 50
|
51 – 70
|
> 70
|
|||||
Kadar
Abu (%)
|
< 5
|
5 – 10
|
> 10
|
|||||||
Sangat Masam
|
Masam
|
Agak Masam
|
Netral
|
Agak Alkalis
|
Alkalis
|
|||||
pH
(H2O)
a.
Mineral
|
< 4,5
|
4,5 – 5,5
|
5,6 – 6,5
|
6,6-7,5
|
7,6 -8,5
|
> 8,5
|
||||
Sangat masam
|
Sedang
|
Tinggi
|
||||||||
pH
(H2O)
b.
Gambut
|
< 4,0
|
4 – 5
|
> 5
|
|||||||
Tabel 4 : Kriteria Penilaian
Kesuburan Tanah Menurut Pusat Penelitian Tanah
(Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat, 1993)
Sifat Kimia Tanah
|
Kedalaman
Lapisan Contoh (cm)
|
|||
0
– 30
|
30
– 60
|
|||
Nilai
|
Peringkat
|
Nilai
|
Peringkat
|
|
pH
(H2O)
|
6,2 – 6,6
|
S
|
6,3 – 6,6
|
S
|
C-organik
(%)
|
6,62–6,67
|
S
|
6,67 –6,67
|
S
|
N-total
(%)
|
12,67 – 13,61
|
S
|
12,67 – 13,66
|
S
|
P2O5
Bray 1 (ppm)
|
27,2 – 20,6
|
S
|
20,0 – 22,6
|
S
|
Ca
(me/100 g)
|
6,02 – 6,42
|
S
|
6,37 – 6,67
|
S
|
Mg
(me/100 g)
|
2,22 – 2,24
|
S
|
2,32 – 2,42
|
S
|
K
(me/100 g)
|
0,37– 0,42
|
S
|
0,37 – 0,44
|
S
|
Na
(me/100 g)
|
0,48 – 0,61
|
S
|
0,47 – 0,61
|
S
|
Total
Basa (me/100g)
|
8,12 – 8,18
|
S
|
7,04 –7,26
|
S
|
KTK
(me/100 g)
|
21,6 – 22,6
|
S
|
24,6 – 26,6
|
S
|
Kejenuhan
Basa (%)
|
47,8 – 41,8
|
S
|
44,6 – 47,6
|
S
|
Kadar
Abu (%)
|
10,07 – 10,11
|
S
|
10,61 – 10,67
|
S
|
Kadar
Air Lapang (%)
|
170,6-210,6
|
S
|
177,6 –227,6
|
S
|
Kadar
Air Tanah (%)
|
170,6-201,1
|
S
|
175,6 – 187,6
|
S
|
Keterangan :
SM = Sangat masam T = Tinggi R = Rendah
ST
= Sangat tinggi S =
Sedang SR =
Sangat rendah
|
Catatan: Diolah dari data analisis agregat tanah
oleh Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau
Tabel 5
: Kisaran Nilai dan Tingkat Penilaian Analisis Agregat Kimia Tanah Gunung Marapi
Kabupaten Agam Sumatera Barat
Salah satu diantara
sekian banyak jenis tanah adalah tanah vulkanik, yaitu lapisan bumi yang
terbentuk dari materi-materi letusan gunung berapi yang telah lapuk. Tanah
vulkanis sangat subur karena mengandung unsure-unsur hara yang tinggi. Kita
bisa menjumpai tanah vulkanis diwilayah-wilayah sekitar lereng gunung berapi.
Ketika sebuah gunung
api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel yang panas keudara. Kemudian,
menyebar kelingkungan sekitarnya. Salah satu material yang dikeluarkan gunung
berapi adalah abu vulkanik. Ketika pertama kali muncul, abu yang sangat panas
dan pekat ini bisa membahayakan sehingga harus dihindari namun, begitu kondisi
mendingin abu yang melapisi permukaan tanah tersebut akan menunjukkan keajaiban
dalam meningkatkan kesuburan.
Sifat fisik abu merapi
yang khas adalah apa bila jatuh kepermukaan tanah menyebabkan abua kan cepat
mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas atau dari bawah permukaan
bawah permukaan tanah. Hal ini lah yang menyebabkan bagian dalam tanah cukup
tinggi. Sedangkan ruang pori total pada lapisan 1 yang mengandung banyak abu
merapi,memiliki kondisi yang baik sehingga tingkat kesuburan tanah didaerah
pegunungan tinggi subur karena kandungan unsur yang terdapat didalamnya
diantaranya yaitu (Na, Ca, K, C – organik, N dan Mg). Tanah nya berwarna coklat
– kehitaman yang mengandung diantaranya magnesium, fosfor, C-organik yang baik
untuk pertumbuhan tanaman dan para pendatang biasanya menjadikannya lahan hutan
konservasi yang ditanami tanaman sayur- mayur dan buah dan tanaman itu menjadi
tumbuh subur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
letak geografis wilayah
Secara
geografis Provinsi Sumatra Barat terletak di 1o Lintang Utara – 3o
Lintang Selatan dan 98o–102o Bujur Timur. Batas wilayah
Provinsi Sumatra Barat adalah sebagai berikut :
Utara = Sumatera Utara
Selatan = Jambi dan
Bengkulu
Timur = Samudera Indonesia
Barat = Riau
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera,
memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang
dibentuk oleh Bukit Barisan. Garis pantai provinsi ini seluruhnya
bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan
beberapa puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam
provinsi ini.
Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di antaranya adalah danau Singkarak yang
membentang di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1 km², danau
Maninjau di kabupaten
Agam dengan luas 99,5 km², dan danau Kembar di
kabupaten Solok yakni danau Diatas dengan luas 31,5 km², dan danau
Dibawah dengan luas 14,0
km² .
Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, di
antaranya adalah sungai Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri(disebut sebagai Batang Kuantan di bagian
hulunya), sungai Kampar, dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara
di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi. Sementara sungai-sungai
yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, di antaranya adalah Batang
Anai, Batang
Arau, dan Batang
Tarusan.
Sumatera Barat memiliki
29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota. Beberapa di antaranya adalah
gunung Talamaudi kabupaten Pasaman Barat yang merupakan gunung tertinggi di
provinsi ini dengan ketinggian 2.913 meter, gunung Marapi di kabupaten Agam
dengan ketinggian 2.891 m, gunung Sago di kabupaten Lima Puluh Kota dengan
ketinggian 2.271 m, gunung Singgalang di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.877
m, gunung Tandikat di kabupaten Padang Pariaman dengan ketinggian 2.438 m,
gunung Talang di kabupaten Solok dengan ketinggian 2.572 m, dan gunung
Pasamandi kabupaten Pasaman Barat dengan ketinggian 2.190 m.
Secara fisiografi,
sebagian besar wilayah Kabupaten Agam berupa pegunungan, dimana memiliki dua
buah gunung berapi yaitu Merapi dan Singgalang serta satu danau yakni Maninjau
seluas 9 950 Ha. Wilayah Kabupaten Agam memiliki empat kelas curah hujan, yaitu:
daerah dengan curah hujan > 4500 mm/
tahun
berada di sekitar lereng gunung Merapi dan Singgalang meliputi sebagian wilayah
Kecamatan IV Koto dan Banuhampu Sungai Puar, daerah dengan curah hujan
3500-4500 mm/tahun mencakup sebagian wilayah Tilatang Kamang, Baso dan IV
Angkat Candung, daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun meliputi Kecamatan
Palembayan, Palupuh dan IV Koto, dan daerah dengan curah hujan 2 500-3500
mm/tahun meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya.
Curah hujan terbanyak pada umumnya terjadi pada bulan Februari hingga April
yakni sebesar 2000 mm/tahun, sedangkan di daerah pegunungan > 3000 mm/tahun.
Gunung Marapi yang juga
dikenal sebagai Marapi atau Berapi memiliki ketinggian 2891,3 m dari permukaan
air laut. Sebagai salah satu gunung yang paling aktif di Sumatera, Merapi sudah
sering meletus. Terhitung sejak akhir abad 18 hingga 2008 tercatat kira-kira
sudah 454 kali melatus, 50 di antaranya dalam skala besar, sedangkan sisanya
dalam skala kecil dengan mengeluarkan abu belerang.
Di antara sekian banyak gunung
yang ada di Sumatera Barat, Gunung Merapi merupakan objek wisata yang sering
dikunjungi oleh pada wisatawan. Gunung Merapi sudah memiliki jalur tetap untuk
para pendaki, sehingga memudahkan para pendaki untuk melakukan pendakian. Di
gunung ini, terdapat bunga edelwis yang tumbuh bermekaran di sekitar lereng
gunung, yang menambah indahnya pemandangan Gunung Merapi. Gunung Merapi berada dekat dengan
kota Bukit tinggi,
tepatnya di sekitar Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat,
Indonesia.
Gunung Singgalang merupakan salah
satu dari beberapa gunung yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Ketinggian
gunung Singgalang mencapai 2,877 meter dari permukaan laut. Gunung Singgalang
secara geografis terletak di Kabupaten Agam. Gunung ini berdiri kokoh tepat
berada di sebelah gunung Merapi.
Gunung Singgalang mempunyai
kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane,dan
hutan Ericaceous atau hutan gunung. Hutan Dipterokarp Bukit adalah kawasan
hutan yang terdapat di ketinggian antara 300 – 750. Spesies utamanya ialah Pokok
Seraya, Pokok Keruning, dan Pokok Meranti. Hutan Dipterokarp Atas adalah
kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian 750 - 1,200 meter, spesies utamanya
terdiri dari Pokok Meranti Bukit dan Pokok Damar Minyak. Hutan Montane merujuk
kepada kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian 1,200 - 1,500 meter, spesies
utamanya terdiri dar Pokok Mempening, Pokok Berangan, Pokok Damar Minyak, dan
Pokok Podo. Hutan Ericaceous atau hutan gunung merujuk kepada kawasan hutan
yang terdapat pada ketinggian melebihi 1,500 meter, spesies utamanya terdiri
dar Pokok Kelat, Pokok Periuk Kera, dan berbagai-bagai jenis belukar, buluh,
resam, paku-pakis, dan Lumut. Gunung Singgalang, merupakan Gunung api yang
tidak aktif. Gunung ini ditutupi hutan hujan tropis, trek pendakian terjal dan
terdapat 2 buah telaga di daerah puncak yaitu “Telaga Dewi” dan “Telaga
Kumbang”.
2.2
Keanekaragaman
Hayati Ekosistem Pegunungan Tinggi Marapi
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi
di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar
wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies
langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau
sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini,
yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau
Siberut (Kabupaten
Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya
membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera
Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat
juga beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam
Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Air Putih di daerah Kelok
Sembilan, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.
2.3 Pola Rantai Makanan
Suatu organisme hidup akan selalu
membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya.hubungan yang terjadi antara
individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi
atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan non
hayati membentuk system ekologi yang disebut ekosistem. Didalam ekosistem
terjadi rantai makanan, aliran energy, dan siklus biogeokimia (Soemarno,2007).
Rantai makanan merupakan transport
atau perpindahan energy dalam sumbernya melalui serangkaian organisme yang
dimakan dan dimakan (Odum dalam indrianto,2008). Pendapat lain menyatakan
rantai makanan adalah peralihan energy dari sumbernya dalam tumbuhan melalui
sederetan organisme yang makan dan dimakan. Para ilmuan ekologi mengenal tiga
macam rantai pokok yaitu rantai pemangsa, rantai parasite, rantai saprofit,
(Soemarno, 2007).
Rantai makanan, yaitu perpindahan
materi dan energy melalui proses makan dan dimakan dangan urutan tertentu.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makan adalah tumbuhan maka
tingkat tropi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen.Hewan
pemakan konsumen primer merupakan tingkat tropi ketiga, terdiri atas
hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energy dari satu tingkat tropik ke
tingkat tropi lainnya, sebagian energy akan hilang (Kasatindra, 2008).
Menurut Elfis (2010) dalam rantai
makanan dan aliran energy dikenal dengan adanya dua hukum termodinamika yang
menyatakan bahwa enerdi dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat dimusnakan dan
tidak ada perubahan bentuk energy yang efisien serta aliran energy dialam atau
ekosistem tunduk pada hukum termodinamika.
Dengan proses fotosinteis energy
cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan dan diubah menjadi energy kimia atau
makanan yang disimpan dalam tubuh.Selanjutnya Indrianto(2008),menjelaskan pada
prinsipnya, rantai makanan dapat dibedakan kedalam tiga kelompok sebagai
berikut:
1. Rantai pemangsa, Rantai
pemangsa yaitu pemindahan energy dan materi dari produsen (tumbuhan) ke hewan
kecil, kemudian ke hewan yang besar, dan berakhir pada hewan yang paling besar.
2. Rantai parasite, Rantai
parasite yaitu pemindahan energy dan materi dari organisme besar ke organisme
kecil.
3. Rantai saprofit, Rantai
saprofit yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme mati (bahan organik)
ke mikroorganisme atau jasad renik.
Lebih lanjut
Ansori (2009), menjelaskan tingkat tropic kedua di tempati oleh berbagai
tingkat organisme yang tidak dapat menyusun bahan organic sendiri disebut
organisme heterotrof.Organisme heterotroph disebut juga dengan konsumen.
Pembagian konsumen antara lain sebagai berikut:
1. Konsumen primer, Organisme pemakan produsen atau disebut herbivore
yang menempati tingkat kedua.
2. Konsumen sekunder,
Organisme pemakan disebut karnivora kecil yang menempati tingkat tropik ketiga.
3.
Konsumen tersier, Organisme
pemakan konsumen sekunder disebut karnivora besar yang menempati tingkat tropik
keempat. Dalam satu ekosistem tidak memiliki tingkat tropik karena tergantung
dari keanekaragaman satu tempat. Namun, biasanya terdiri dari empat sampai lima
tingkat tropik.
Gambar 13 : Rantai Makanan Perumput
Jika
kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempati produsen.
Contohnya:
padi → tikus → ular → elang
Pada
contoh tersebut tingkat trofi pertamanya padi (produsen),
tingkat trofi kedua tikus (konsumen pertama), tingkat trofi ketiga ular
(konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen
ketiga).
Rantai makanan detritus
Jika
kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempati oleh detritus.
Contoh:
kayu lapuk → rayap→ ayam → elang
Pada
contoh rantai makanan di atas tingkat trofi pertamanya ditempati oleh kayu
lapuk (detritus), tingkat trofi keduanya rayap (detritivor), tingkat trofi
ketiga ditempati ayam (konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati
oleh elang (konsumen ketiga). Contoh lain rantai makanan detritus adalah
seresah atau dedaunan dimakan cacing tanah, cacing tanah dimakan ikan, dan ikan
dimakan manusia.
2.4
Jaring-Jaring Makanan
Menurut Odum
dalam Indrianto (2008), jarring makanan merupakan gabungan dari rantai
makanan.Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri,
melainkan salaing berkaitan antar rantai makanan.Jika tiap-tiap rantai makanan
yang ada didalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai
makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk jaring makanan.Jaring makanan dalam
suatu ekosistem dapat menggambarkan kestabilan ekosistem tersebut. Makin banyak
rantai makanan dan makin besar kemungkinan terbentuknya gabungan dalam jaringan
makanan, akan menunjukkan kestabilan ekosistem makin tinggi (Indrianto,2008).
Jaring-jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedimikian rupa
sehingga membentuk seperti jarring-jaring. Jarring-jaring makanan terjadi
karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup
lainnya. Dari uraian komponen biotik di atas , pada tiap-tiap tingkatan
konsumen tampak seolah-olah setiap organisme hanya memakan atau hanya dimakan
oleh suatu macam organisme yang lain, tetapi kenyataannya di dalam ekosistem
keadaannya lebih kompleks. Hal ini terjadi karena tiap-tiap organisme dapat
memakan dalam satu tingkatan konsumen atau dari tingkatan konsumen lain di
dalam ekosistem yang dikenal dengan rantai makanan dan antara rantai-rantai
makanan itu saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan
jaring-jaring makanan (Auvicena, 2009).
Pada hutan muda, jumlah total bahan organik makin meningkat setiap
tahun dengan meningkatnya ukuran pohon. Keadaan ini juga merupakan penyimpanan,
tetapi jika hutan menjadi dewasa, bahan organik akan hilang karena kematian dan
kehancuran. Energi yang hilang (hancur) tersebut, jika ditambahkan dengan
kehilangan karena dimakan hewan, jumlahnya sama dengan produk bersih tumbuhan.
Dalam hal ini tidak ada pertambahan lebih lanjut dalam biomassa dari tahun ke
tahun. Istilah biomassa digunakan untuk melukiskan seluruh bahan organik yang
terdapat dalam satu ekosistem.
Peristiwa perpindahan energi terjadi melalui proses makan dan
dimakan di dalam suatu rantai makanan. Peristiwa tersebut membentuk struktur
trofik. Struktur trofik terdiri atas tingkat-tingkat trofik. Setiap tingkat
trofik terdiri atas kumpulan berbagai organisme.
Tingkat trofik pertama ditempati oleh produsen atau organisme
autotrof. Pada tingkat ini, produsen ekosistem darat adalah tumbuhan, sedangkan
pada ekosistem perairan adalah ganggang dan fitoplankton. Tingkat trofik kedua
ditempati oleh organisme heterotrof atau konsumen. Konsumen adalah organisme
yang bergantung kepada organisme lain sebagai sumber makanannya. Konsumen pada
tingkat trofik kedua ini adalah herbivora. Konsumen juga terdiri atas tingkat
trofik ketiga, keempat, dan seterusnya.
Dalam rantai makanan tingkat trofi pertama tidak selalu ditempati
oleh produsen. Oleh karena itu ada beberapa macam rantai makanan ditinjau dari
komponen yang menduduki tingkat trofi pertamanya, yaitu sebagai berikut.
2.5
Piramida dalam ekosistem hutan pegunungan tinggi
2.5.1
Piramida jumlah
Piramida Jumlah, Piramida jumlah yaitu piramida
yang menggambarkan terjadinya penurunan jumlah individu organisme pada tiap
tingkatan tropik jadi dalam piramida jumlah yang dilukiskan adalah jumlah
organisme yang berada pada tiap tingkat tropik. Oleh karena itu jika ukuran
atau kekuatan organisme makin bertambah pada tiap tingkat tropik, maka jumlah
organisme pada tiap tingkat tropik secara berurutan makin berkurang kecuali
untuk tingkat pengurai.Jumlah individu pada setiap tingkat tropik digambarkan
dengan piramida jumlah. Piramida jumlah umumnya berbentuk piramida menyempit
keatas (Aryulina, 2008).
2.5.2
piramida biomassa
Biomassa
adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu untuk mengukur biomassa
ditiap tingkat tropik maka rata-rata berat organisme ditiap tingkat harus
diukur kemudian barulah jumlah organisme ditiap tingkat diperkirakan (Haifani,
2010).
Piramida biomassa berfungsi
menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur
dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil
sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan
pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa
yang terjadi pada ekosistem (Haifani, 2010).
Gambar 17 : Piramida
Biomassa Dalam Ekosistem
2.5.3
Piramida Makanan
Struktur
trofik dapat diukur dan dideskripsikan dengan istilah biomassa (standing crop)
persatuan luas atau dengan pernyataan jumlah energi yang terikat persatuan
luas, persatuan waktu pada setiap tropik yang berurutan. Pada setiap tahap
dalam rantai makanan aka ada sejumlah energi yang hilang karena tidak
terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada pada
ujung tingkat tropik akan memperoleh energi lebih kecil. Dengan kata lain, jika
makin panjang rantai makanan, energy yang tersedia bagi kelompok organisme yang
terakhir semakin kecil. Apabila energy yang tersedia dalam suatu rantai makanan
itu disusun secara berurutan berdasarkan urutan tingkat tropik maka membentuk
kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi (Indriyanto, 2008)
2.5.4 Piramida
Energi
2.6 Aliran materi dan
Siklus energi
2.6.1
Siklus Materi
Menurut
Aryulina dkk ( 2008), dalam suatu ekosistem meskipun energi kimia sebagian besar
hilang pada setiap tingkat tropic tetapi materi pada setiap tingkat tropic
tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organic tersebut didaur
ulang. Unsur-unsur tersebut masuk kedalam komponen biotik melalui udara, tanah
atau air.Air sebagai pelarut unsur-unsur kimia merupakan komponen terbesar
penyusun tubuh organisme.Air juga mengalami daur ulang di alam. Daur ulang air
dan unsur-unsur kimia melibatkan makhluk hidup dan buatan (geofisik) sehingga disebut daur biogeokimia.
2.6.2
Siklus Energi
diartikan
sebagai kemampuan untuk melakuakan usaha.Energy yang ditransfer dari satu
organisme dari satu organisme ke organisme lainnnya adalah konstan, selama zat
pembawa energy itu tetap jumlahnya. Energy dalam bentuk makanan akan berpindah
dari organisme tingkat tinggi ke organisme lain yang tingkatannya lebih rendah
melalui rentetan organisme memakan organisme berikutnya yang disebut rantai
makanan. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf tropic, dan
diantara rantai-rantai makanan itu saling berhubungan satu sama lain yang
disebut jaring-jaring makanan (Auvisena, 2009).
Proses
aliran energy berlangsung dengan adanya proses rantai makanan, tumbuhan di
makan oleh herbivore, dengan demikian energy makanan dari tumbuhan mengalir
masuk ketubuh herbivore. Herbivore dimakan oleh karnivora, sehingga energy
makanan dari herbivore masuk ke dalam tubuh karnivora. Dialam rantai makanan
itu tidak sederhana, tetapi antara satu dengan yang lainnya saling terkait atau
saling berhubungan sehingga membentuk jaring-jaring makanan.organisme yang
memperoleh energy makanan dari tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama di masukkan
ke dalam aras tropic yang sama. Makin tinggi aras tropiknya, makin tinggi pula
efisiensi ekologinya (Massofa,2008).
1.
Produktivitas Primer
Produktivitas
primer merupakan laju penambatan energy yang di lakukan oleh
podusen.Produktivitas primer dibedakan atas produktivitas primer kasar (broto)
yang merupakan hasil asimilasi total, dan produktivitas primer bersih (netto)
yang merupakan penyimpanan energy di dalam jaringan tubuh tumbuhan (Massofa,
2008).
Produktivitas
primer adalah kecepatan mengubah energy cahaya matahari menjadi energy kimia
dalam bentuk bahan organic oleh organisme autotroph.produktivitas primer
berbeda disetiap ekosistem, produktivitas primer terbesar ada pada ekosistem
hutan hujan tropis, ekosistem estuary dan ekosistem hutan bakau (Haifani,
2010). Seluruh bahan organic
yang di hasilkan dari proses fotosintesis pada organisme autotroph disebut
prouktivitas primer kotor (PPK). Bahan organic hasil fotosintesis tersebut
sebagian di gunakan untuk kegiatan kehidupan dan sebagian tersimpan dalam tubuh
organisme. Kegiatan kehidupan seperti respirasi, tumbuh dan berkembang biak
menggunakan energy kimia dari bahan organic dan mengeluarkan energy panas
(Haifani,2010).
2.
Produktivitas Sekunder
Produktivitas
sekunder adalah kecepatan energy kimia mengubah bahan organic menjadi simpanan
energy kimia baru oleh oeganisme heterotroph.Bahan organic yang tersimpan pada
organisme autotroph dapat dipergunakan sebagai makanan bagi organisme
heterotroph (Massofa, 2008).
Piramida ekologi
terdiri dari piramida ekologi,piramida biomassa, dan piramida jumlah. Pada
ketiga jenis piramida ekologi tersebut, bagian dasar piramida adalah produsen,
diatasnya kosumen, dan akan berakhir pada konsumen puncak. Kehilangan energy
dari suatu rantai makanan dapat di gambarkan dalam bentuk piramida
produktifitas (Syiham,2010).
Lebih lanjut Aryulina (2008),
menjelaskan benerapa daur biokimia sebagai berikut:
1.
Daur Air, Air di atmesfer
berbentuk uap air, uap air ini berasal dari air di daratan dan laut yang
menguap karena panas cahaya matahari. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi
awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan.Air hujan didaratan
masuk kedalam tanah membentuk air permukaan dan air tanah.tumbuhandarat
menyerap ait yang ada di dalam tanah. dalam tubuh tumbuhan air mengalir
selanjutnya melalui transpirasi uap air di lepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer.
Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuahan yang
dimakanan,sedangkan manusia menggunakan seperempat air tanah dan air permukaan
sebagian mengalir ke sungai, kemudian kedanau atau ke laut.
2.
Daur Karbon, Unsur karbon
terdapat di atmosfer dalam bentuk gas karbondioksida (CO2) . karbondioksida
masuk ke dalam komponen bioik melalui produsen. Produsen didarat dan diakuatik
menggunakan karbondioksida untuk membentuk bahan organic berupa senyawa karbon,yaitu
glukosa,glukosa di hasilkan oleh proses fotosintesis. Bahan organic yang
engandung unsur karbon tersebut di transfer kehewan dan manusia secara langsung
maupun tidak langsung melalui rantai makanan. Di kerak bumi terdapat karbon
dalam bentuk batu bara dan minyak bumi ( bahan bakar fosil). Jumlah
karbondioksida di atmosfer bervariasi begantung musim bahan bakar penggunaan
oleh manusia, sehingga memungkinkan terjadinya ketidak seimbangan.Pada perairan
karbondioksidioksida dapat larut air dan diserap langsung oleh organisme
autotroph.
c) Daur Nitrogen, Unsur
nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas nitrogen (N2).
Organisme yang dapat mengikat (fiksasi) nitrogen adalah bakteri.Nitrogen yang
diikat oleh bakteri tersebut di ubah menjadi amoniak (NH3).Nitrogen dapat di
serap oleh tumbuhan dalam bentuk ammonia.Penguraian nitrogen menjadi ammonia
disebut amonifikasi.Ammonia kemudian dirombak oleh bakteri nitrat menjadi ion
nitrat (NO3-).Nitrogen dalam bentuk ionitrat selain diserap oleh tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan nitrogennya juga digunakan oleh bakteri tanah untuk
memperoleh oksigen. Proses perombakan ion nitrat oleh bakteri dinitrifikasi
menghasilkan nitrogen, Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke atmosfer.
d) Daur fosfor
Fosfor merupakan elemen
penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam
bentuk ATP (Adenin Trifosfat).Sebagai sumber energy untuk metabolism sel.
Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO4).Ion fosfat terdapat dalam
bebatuan.Adanya peristiwa erosi dan peristiwa pelapukan menyebabkan fosfat
terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen.Adanya pergerakan dasar
bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul kepermukaan.Didarat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.bakteri dan jamur
mengurai bahan-bahan anorganik didalam tanah lalu melepaskan fosfor yang
kemudian diambil oleh tumbuhan.
e) Daur sulfur, Tumbuhan menyerap sulfur dari bentuk sulfur (SO4),
perpindahan sulfur terjadi melalui proses rantai makanan lalu semua makhluk
hidup mati dan akan diuraikan komponen-komponen oleh bakteri. Beberapa jenis
bakteri yang terlibat dalam daur sulfur akan mereduksi sulfat menjadi sulfide
dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S). kemudian digunakan oleh bakteri
fotoautotrof anaerob dan melepaskan sulfur dan oksigen sulfur dioksidasi
menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof.
2.7
interaksi antara tumbuhan pada ekosistem hutan pegunungan tinggi
Menurut Maryati
(2010),hubungan interaksi yang terjadi antara komponen biotik dengan komponen
abiotic, misalnya pohon mangga yang membutuhkan sinar matahari untuk
berfotosintesis, dan tanah untuk hidup. Bagi tumbuhan di perlukan untuk
pertumbuhan,perkecambahan,dan penyebaran biji.
Didalam kehidupan ekosistem hutan terdapat saling keterkaitan
antara satu spesies tumbuhan dengan spesies tumbuhan lainnya. Misalnya dalam
hal naungan, air, hara, mineral, dan relung, sehingga keterkaitan atau hubungan
antara satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lainnya dapat saling
menguntungkan,juga dapat saling merugikan atau saling mematikan. Menurut
Indriyanto dalam Elfis (2006), contoh bentuk hubungan (persekutuan hidup)
tertumbuhan antara lain sebagai berikut:
1. Epifit, Epifit merupakan
semua tumbuhan yang menempel dan tumbuh pada tumbuhan lain untuk mendapatkan
sinar matahari dan air. Ipifit tidak bergantung pada bahan makanan yang berasal
dari tumbuhan yang di tempeli, karena tumbuhan epifit tersebut mendapatkan
unsur hara dari mineral-mineral yang terbawa oleh udara,air hujan, atau aliran
batang, dan cabang tumbuhan lain.
2. Tumbuhan Parasit, Tumbuhan
parasit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain dan mengambil
makanan dari tumbuhan inang.
3. Mikoriza, Mikoriza
merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan (mycos) dan
perakaran (rhizos) tumbuhan. Berdasarkan cara menginfeksi ada akar tumbuhan
inang, mikoriza dikelompokan kedalam tiga golongan, yaitu ektomikoriza,
endomikoriza, ektendomikoriza. Misalnya mikoriza tersebut banyak dijumpai
bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan.
4. Nodul akar, Nodul akar
atau bintil-bintil akar adalah bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri
Rhizobium spp. Dengan akar tumbuhan (Killham dalam Elfis,2006). Simbiosis
tersebut terjadi pada tumbuhan anggota family Leguminoseae, akan tetapi ada
juga beberapa spesies pohon yang lainnya yang memiiki nodul akar, yaitu
Podokarpus spp.,Myrica spp.,dll
5. Tumbuhan Pencekik,
Tumbuhan pencekik (strangler) adalah spesies tumbuhan yang pada awalnya hidup
sebagai epifit pada suatu pohon, setelah akar-akarnya mencapai tanahdaan dapaat
hidup sendiri lalu mencekik, bahkan dapat membuhuh pohan tempat bertumpu (Kormondy
dalam Elfis,2006).
6. Liana, Liana merupakan
spesies tumbuhan merambat. Tumbuhan ini memiliki batang yang tidak memiliki
batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak mampu mendukung tajuknya.
Menurut Soerianegara dan Indrawan dalam Elfis,(2006)adanya liana dihutan
merupakan salah satu ciri khas hutan hujan tropis, terutama spesies liana
berkayu. Liana berkayu di hutan-hutan merupakan bagian vegetasi yang membentuk
lapisan tajuk hutan dan mampu mendesak tajuk-tajuk pohon tempat bertumpu.
Gambar
30:
Tumbuhan Liana (Sumber: Arsip Biologi 6a, 2014)
Interaksi antar dalam komponen
biotik dapat terjadi pada tingkat individu atau spesies,populasi,dan komunitas.
Interaksi tersebut dapat berupa kompetisi,predasi,dan simbiosis
(Sitinurulizzah,2009).
3.
Kompetisi, Kompetisi adalah
bentuk hubungan atara spesies yang satu dengan yang lain jika terjadi
persaingan di antara mereka. Persaingan dapat terjadi karena factor
makanan,habitat,atau pasangan hidup. Contoh kompetisi yang terjadi dalam
ekosistem pegunungan tinggi, terjadi pada pada tumbuhan bambu (Bamboosa spp)
Gambar 31: Kompetisi Yang
Terjadi Pada Tumbuhan Bamboo Dalam Memperebutkan Unsur Hara (Sumber: Arsip 6A,
2014)
4.
Simbiosis, Menurut Auvicena
(2009), simbiosis adalah hubungan erat hubungan antara dua organisme dan
spesies yang berbeda yang hidup bersama disuatu dearah. Simbiosis dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a.
Simbiosis Mutualisme, Jika
kedua organisme mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut. Contoh,
simbiosis antara kumbang dengan tanaman berbunga. Kumbang mendapatkan makanan
berupa nectar, sebaliknya lebah membantu penyerbukan .
Gambar 32: Simbiosis Mutualisme Yang Terjadi Pada Tanaman Dan
Kupu-Kupu(Sumber: Arsip 6A, 2014)
b. Simbiosis
komensalisme, Jika salah satu organisme mendapatkan keuntungan, sedangkan
organisme lain tidak dirugikan. Contoh, simbiosis antara tanaman epifit dengan
tumbuhan bertajuk tinggi.Tumbuhan menyediakan media tumbuh atau tempat menempel
bagi tanaman epifit.
Gambar 33:
Simbiosis Komensalisme (Sumber: Arsip 6a, 2014)
c. Simbiosis parasitisme, Jika salah saatu organisme mendapat
keuntungan, sedangkan organisme lain di rugikan. Organisme yang mendapat
keuntungan dinamakan parasite, sedangkan yang mendapat kerugian dinamakna inang
atau hospos.Organisme parasit mendapat keuntungan karena mendapat zat-zat
makanan dari tubuh inang.
Gambar 34 :
Simbiosis Parasitisme
2.8 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Ekosistem Hutan
Pegunungan Tinggi
Ekosistem dan lingkungan merupakan
dua hal yang tidak terpisahkan. Dalam pembahasan mengenai ekosistem, lingkungan
juga akan menjadi objek pembahasan. Secara fisik, lingkungan berarti wadah atau
tepat berlangsungnya suatu ekosistem kehidupan organisme atau suatu komunitas.
Kondisi lingkungan akan berubah jika terjadinya perubahan di dalam ekosistem
atau sebaliknya, masing-masing saling mempengaruhi dalam suatu keseimbangan
yang dinamis dan merupakan satu kesatuan fungsional. Dengan demikian, ekosistem
meliputi seluruh makhluk hidup dan lingkungan fisik yang mengelilinginya, yang merupakan merupakan
suatu unit yang mencakup semua makhluk hidup dalam suatu area yang memungkinkan
terjadinya interaksi dengan lingkungannya, baik yang bersifat abiotik maupun
biotic (Gumilar, 2005)
Selanjutnya Gumilar (2005),
menyatakan semua bentuk pada interaksi antara interaksi komponen ekosistem
merupakan suatu azas, yakni azas keanekaragaman, azas kerjasama, azas
persaingan,dan azas interaksi. Azas-azas tersebut berfungsi sebagai sarana
untuk tetap mempertahankan adanya kelanggengan dalam hubungan timbal balik antara
komponen ekosistem dan antara komponen tersebut dengan lingkungannya. Jika
setiap komponen tersebut bekerjasama sesuai dengan fungsinya, maka keseimbangan
dan keserasian dalam lingkungan hidup akan tetap terjaga dengan baik.
2.8.1
Perubahan-Perubahan Hutan Pegunungan Tinggi
Adanya perubahan-perubahan pada
populasi mendorong perubahan pada komunitas.Perubahan-perubahan yang terjadi
menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah
terjadi keseimbangan ekosistem, Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem.
Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat
berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya
keseimbangan baru.
Menurut
Supriadi (2006) factor-faktor penyebab gangguan ekosistem yaitu:
1.
Polusi (pencemaran),
Keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh factor asing yang meracuni lingkungan tersebut, keadan lingkungan ini
dapat disebut lingkungan tercemar.
- Polusi air, menurut tipenya polusi ini dapat dibedakan atas: kuman, bahan kimia sukar terurai
- Polusi udara, karbondioksida, nitrogen oksida, oksida dan bahan organic dan debu
- Polusi tanah
2.
Perubahan Lingkungan,
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai
ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada
daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya
sebagai berikut.Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa
saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak (Hanirahmadhan, 2010).
Kondisi hutan alam tidaklah statis,
bahkan di dalam hutan alam yang telah mencapai klimaks pun, kondisinya dinamis
Beberapa kejadian seperti kebakaran hutan akan menyebabkan terjadinya suksesi
sekunder. Demikian pula halnya dengan kondisi hutan Bukit Pohen Cagar Alam
Batukahu. Kebakaran hutan yang terjadi di tahun 1994 silam telah menyebabkan
kerusakan sebagian ekosistem hutan, kerusakan hutan akan berpengaruh terhadap
beberapa hal antara lain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam
kekeringan, banjir dan tanah longsor. Kondisi ekosistem hutan yang sudah
terdegradasi serta mengalami deforestasi perlu segera dipulihkan dilakukan
upaya pemulihan sehingga kawasan hutan dapat kembali berfungsi sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
bapak Jefri Andres dan Edison mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada
pegunungan berapi di Kab.Agam disebabkan
oleh factor alam yaitu Bencana alam, Bencana alam misalnya karena gunung
meletus. Akibat dari terjadinya gunung meletus sangat besar sekali .gunung itu
menyemburkan lahar panas mengalir ke bawah ke tempat pemukiman penduduk.
Terjadi banjir lahar.dan daerah pertanian tertimbun, kayu di lereng gunung itu
tumbang tanah terkikis gunung meletus.
2.8.2
Perubahan-Perubahan di Lereng Gunung Merapi
Permasalahan yang ada di wilayah
pegunungan tinggi ini secara umum adalah dapat terlihat dari kondisi fisik yang
berbukit, terjal, dan mudah longsor sehingga berpotensi terjadi erosi tanah
bila terjadi curah hujan yang terlalu tinggi melebihi curah hujan normalnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan bapak Adek dan ibu Euis yang di lakukan di lereng pegunungan
merapi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lereng gunung merapi dimanfaatkan
oleh para masyarakat sekitar sebagai tanaman tumpang sari seperti Tomat, Kubis,
cabe , wortel, Bunga Kol, dan tumbuhan lain.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ekosistem adalah unit fungsional
dasar dalam ekologi yang didalamnya tercantum organisme dan lingkungannya
(lingkungan abiotik dan biotik),diantara keduanya saling mempengaruhi (Odum
dalam indriyanto,2008).
Gunung adalah sebuah bentuk tanah
yang menonjol di atas wilayah sekitarnya.Sebuah gunung biasanya lebih tinggi
dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaan, dan penggunaan sering
tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas mendefinisikan gunung dengan
puncak lebih dari besaran tertentu ( Anto, 2000).
Penelitian
ini merupakan observasi yang di lakukan pada tanggal 29 Mei 2011, bertempat di
gunung dan lereng gunung berapi, yang terletak di dekat daerah Bukit Tinggi, di
Kabupaten Agam dan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar,SumateraBarat.
Dengan ketinggian berkisar 2891 m dpl. Terletak pada titik koordinat 100o 28’
16.71 BT, 0022’47.72” LS.
Berdasarkan hasil observasi yang
kami lakukan,maka telah kami temukan tumbuhan khas, hewan khas, jenis tanah,
dan pola interaksi yang terdapat di hutan pegunungan tinggi.
Tumbuhan dan hewan khas, Berdasarkan
hasil observasi diperoleh data terdapat organisme Seperti ulat, katak, tikus,
ular, nyamuk, semut, burung, cacing, bekicot, babi,kupu-kupu,dan siamang. Yang
termasuk hewan herbivore, dan karnivora.
Jenis tanah, Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, tanah yang terdapat pada daerah pegunungan tinggi
adalah jenis tanah Vulkanik. Pola interaksi yang terdapat pada hutan pegunungan
tinggi adalah Interaksi antar dalam komponen biotik dapat terjadi pada tingkat
individu atau spesies,populasi,dan komunitas. Interaksi tersebut dapat berupa
kompetisi,predasi,dan simbiosis (Sitinurulizzah,2009)
2.
Saran
Dengan
diadakanya Penelitian atau pengamatan langsung ke lapangan langsung, matakuliah
ekologi tumbuhan ini sangat memberi manfaat dan makna yang besar bagi
mahasiswa. Karena materi yang disampaikan tidak hanya berupa hanyal saya.
Semoga kegiatan ini masih dapat dilanjutkan pada mata kuliah yang sama pada
generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2010.Dalam Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Tomat
Anfrizal. 2009.Pemberian Bokashi Dan Pupuk NPK
Organic Pada Tanaman Padi
Sawah Dengan System
SRI.Tidak Diterbitkan.Pekanbaru Faperta-UIR.
Ansori, M.2009.Biologi Untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA)-Madrasah
(MA).Depdiknas:Jakarta
Arief.
A. 2001. Hutan Dan Kehutanan.Kanisisus : Yogyakarta.
Arka, D.2010.Dalam Http//Dewaarka.Wordpress.Com,2009.Diakses
2 Juni 2011.
Arsyad,
Sintanala. 2006. Konservasi Tanah Dan Air.IPB Press. Bogor.
Aryulina,
D.Dkk.2008.Biologi 1.Gelora Aksara Pratama:Jakarta
Daljoeni. N. 1986. Pokok-Pokok Klomatologi.Alumni.
Bandung.
DirjenPHKA Departemen Kehutanan.2004.Dalam.Http://Www.Ditjenphka.Go.Id/
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius:
Yogyakarta
Elfis. 2008. Dalam Http://3lvin.Wordpress.Com/2008/03/21/Definisi-Gunung-
Kegunaannya/
Elfis, 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara : Jakarta
Elfis. 2010a. Ekologi Komunitas. Availabel At:
Http://Www.Similarsites.Com/Goto/Elfisuir.Blogspot.Com?Searchedsite=Elfisuir.Blogspot.Com&Pos=0 (Diakses 09 Maret 2010).
Elfis. 2010a. Ekologi Populasi. Availabel At:
Http://Www.Similarsites.Com/Goto/Elfisuir.Blogspot.Com?Searchedsite=Elfisuir.Blogspot.Com&Pos=0 (Diakses 09 Maret 2010).
Elfis. 2010a. Ekologi Ekosistem. Availabel At:
Http://Www.Similarsites.Com/Goto/Elfisuir.Blogspot.Com?Searchedsite=Elfisuir.Blogspot.Com&Pos=0 (Diakses 09 Maret 2010).
Haifani.2010.DalamHttp://Haifani.Wordpress.Com-2010-02-12-Piramida-
Ekologi/
Hanafiah. 2007. Biologi Tanah. PT Raja Gravindo
Persada : Jakarta
Indrianto. 2008. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara :
Jakarta
Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, Dkk, 2004. Biologi Kelas
X. Penerbit Erlangga :
Jakarta
Massofa.2008.Dalam Http://Massofa.
Wordpress.Com/2008/09/23/Sejarah-Dan-
Ruang-Lingkup-Ekologi-Dan-Ekosistem/
Muhammad, N.S. 1997. Ekologi Hewan Tanah. PT Bumi
Aksara : Jakarta
Mumtaz,A.2007.DalamHttp://Mumtaz-Anas.Com/2007/05/29/Tomat-Obat
Berbagai- Penyakit/
Sitinurulizzah.2009.DalamHttp://Sitinurulizzah.
Wordpress.Com/2009/02/10/Modul-Ekosistem/
Soemarno.2007.DalamHttp://Www.Docstoc.Com/Docs/9644869/Prinsip-Ekologi-
Dan-Ekosistem
Steein.V. J. 2006. Flora Pegunungan Jawa. LIPI
Press. Jakarta.
Blogspot.Com//2009//12//Potensi-Pembelajaran-Ekosistem-Di-Taman.Html.
Syiham. 2010.DalamHttp://Www.Syiham.Co.Cc/2010/02/Piramida-Ekologi.Html.
Tjasjono, B. 2002. Klimatologi Umum. ITB : Bandung
Lampiran 1. Tabel
Keanekaragaman
a)
Keanekaragaman
Flora (Tumbuhan)
Ketinggian
|
Nama
Tanaman
|
Nama
Latin
|
Kaki
gunung
|
Cabe
|
Capsicum annuum L
|
Bambu
|
Bambusa vulganis
|
|
Rotan
|
Calamus javensis
|
|
Pakis
tiang
|
Alsophilla glauca
|
|
Rumput
Jarum
|
Chrysopogon aciculata
|
|
Rumput
Pait
|
Axonopus compresus
|
|
Tomat
|
Solanum lycopersicum
|
|
Cabe
|
Capsicum annuum L
|
|
Sawi
|
Brassica rapa
|
|
Brokoli
|
Brassica oleracea
|
|
Bawang
prei
|
Allium ampeloparsum
|
|
Daun
bawang
|
Allium schoenoprasum
|
|
Bunga Rayo
|
Hibiscus
|
|
Ketinggian 400 meter
|
Cabe
|
Capsicum annuum L
|
Petai cina
|
Leucaena leucocephala
|
|
Wortel
|
Daucus carota..L
|
|
Tanaman herba
|
Sp.
|
|
Ketinggian 550 meter
|
Buncis
|
Phesolus vulgaris
|
Kol
|
Cabbage
|
|
Bunga kol
|
Brassica oleracea
var
|
|
Pinus
|
Pinus merkusii
|
|
Ketinggian 600 meter
|
Sawi
|
Brassica rapa
|
Cabe
|
Capsicum annuum L
|
|
Pisang
|
Musa paradisiaca
|
|
Legume
|
Sp
|
|
Buncis
|
Phaseolus vulgaris
|
|
Alpukat
|
Persea americana
|
|
ketinggian 900 meter
|
Kol
|
Cabbage
|
Ketinggian 950 meter
|
Kebun sayur
|
Sp.
|
Ketinggian 1200 meter
|
Bunga kol
|
Brassica oleracea
var
|
Cabe
|
Capsicum annuum L
|
|
Selada
|
Lactuca sativa
|
|
Terong
|
Solanum melongena
|
|
Ketinggian 1025
|
Pinus warto
|
Pinus merkusii
|
Bambu
|
Melocanna
bambusoides
|
|
Markisa hutan
|
Passiflora edulio
|
|
Petai cina
|
Leucaena
leucocephala
|
|
Pinus bungata
|
Pinus merkusii
|
|
Rotan (manau)
|
Daemonorops draco
|
|
Kincuang
|
Sp
|
|
Pohon siruik
|
Sp
|
|
Pohon sampir
|
Sp
|
|
Ketinggian > 1500 meter
|
Pinus
|
Pinus merkusii
|
Bambu
|
Melocanna
bambusoides
|
|
Bunga umbi
|
Sp
|
|
Paku gajah
|
Angiopteris evecta
|
b)
Keanekaragaman
Fauna (hewan)
Nama hewan
|
Nama latin
|
Kupu-kupu
|
Appias libythea
|
Lipan
|
Scolopendra
subspinipes
|
Pacet
|
Haemadipsa javanica
|
Ulat
bulu
|
Dasychira indusa
|
Belalang
|
Dissosteria Carolina
|
Laba-laba
|
Mesothelae
|
Jangkrik
|
Gryllus assimillis
|
Babi
|
Cavia porcellus
|
Kijang
|
Muntiacus muntjak
|
Burung
elang
|
Spizaetus albonger
|
Harimau
|
Neotelis nebulusa
|
Siamang
|
Hylobates
syndactylus
|
Nyamuk
|
Culex Sp
|
Rusa
|
Odocoilinae
|
Landak
|
Hystrx brachyuran
|
Ulat kaki seribu
|
Spirobolus Sp.
|
Cacing
|
Lumbricus terrestris
|
Beruang madu
|
Helarctos malayanus
|
Harimau sitingkih
|
Sp
|
Macan
|
Panther pardus
|
Kambing hutan
|
Capricornis
sumatraensis
|
Tupai
|
Tupaia chrysogaster
|
Kodok
|
Limnonectes macrodon
|
Kumbang
|
Leptinotarsa
decemlineata
|
Lebah
|
Apis andreniformis
|
Lampiran 2